Antara Dendam dan Penyesalan

Bab 12



Kedua wanita yang baru saja putus cinta itu berjalan masuk ke salon bersama-sama. Olga mencari dua penata rambut yang berpenampilan keren. Mata penata rambut langsung berbinar-binar saat melihat Selena yang begitu cantik. Dia langsung merekomendasikan model rambut yang sedang tren sekarang.

Selena langsung menolak dan berkata, “Potong pendek saja. Makin pendek makin bagus.”

“Nona, meskipun sekarang sedang tren gaya yang ringkas dan cuek, aku pribadi merasa rambut yang terlalu pendek akan membatasi gayamu. Bagaimana kalau kita biarkan rambutmu sampai sebahu? Rambut sebahu tidak hanya membuatmu terlihat lebih muda, tetapi juga cocok untuk berbagai acara.”

“Tidak perlu,” kata Selena.

“Rambut Nona hitam dan panjang, pasti sudah dirawat bertahun-tahun, sayang sekali jika dipotong semua,” ujar penata rambut sambil menggelengkan kepalanya dengan rasa prihatin.

Selena memandang dirinya di cermin. Meskipun wajahnya pucat akibat kurang tidur dalam beberapa waktu terakhir, tetap tidak dapat menyembunyikan kecantikannya yang memukau. Rambut hitamnya yang sudah lama tidak dirawat, terurai begitu saja, tetap membuatnya terlihat menawan dan anggun.This text is property of Nô/velD/rama.Org.

Harvey menyukai rambut panjangnya yang sudah beberapa tahun tidak dipotong. Saat melihat penata rambut ini tidak tega, Selena pun mengambil gunting di sampingnya dan tersenyum tipis sambil berkata, “Kalau begitu, aku akan melakukannya sendiri.”

Tangannya yang memegang gunting pun sudah bertindak tanpa keraguan sedikit pun. Akhirnya rambut hitamnya berjatuhan dan berserakan di lantai, bagaikan masa mudanya yang polos dan indah, yang akhirnya meninggalkan dirinya.

“Oke, sisanya terserah mau kamu apakan,” ujar Selena sambil menyerahkan gunting kepada si penata rambut. Dia memberikan kebebasan kepada si penata rambut untuk menata rambutnya.

Olga yang kini berambut merah muda pun keluar dan melihat gaya rambut baru Selena. Pada pandangan pertama, dia terkejut. Pada pandangan kedua, dia menjadi terpesona.

“Aku akhirnya mengerti. Orang yang memang pada dasarnya menarik, mengenakan karung goni pun tetap akan tampak menarik. Selena, kamu benar-benar keren!”

Olga buru-buru menyeret Selena menuju ke mal untuk membelikan beberapa pakaian bergaya netral untuk menyesuaikan dengan gaya rambut belah tengah ala Korea miliknya. Saat mereka berjalan di jalanan, banyak orang menoleh ke arah mereka.

Saat malam tiba, Olga mengajak Selena berswafoto di luar etalase toko, lalu foto itu dibagikan di Instagram. Tampak keterangan pada foto itu tertulis, “Hidup baru.”

Selena menemani Olga makan steik besar yang dulu dia tidak rela untuk memakannya. Olga tertawa sangat berbahagia sambil berkata, “Selena, kamu lihat, bukankah kita seperti saat di SMA kelas satu dulu? Usia masih belasan tahun, seolah-olah masalah yang paling sulit dipecahkan di dunia ini hanyalah persamaan fungsi. Sekarang, jika kita pikirkan kembali, persamaan fungsi dapat diselesaikan asalkan memasukkan rumus. Tidak seperti pria, kita sudah mengorbankan hati dan bahkan segalanya, tetapi masih berakhir dengan penuh luka.”

Selena sudah lama tidak menyentuh minuman beralkohol. Malam ini dia ingin mengizinkan dirinya sendiri untuk bersantai terakhir kalinya. Dia menyesap sedikit minuman beralkohol, lalu berkata, “Itu karena kamu bodoh. Aku tidak pernah merasa persamaan fungsi itu begitu menyedihkan.”

“Ya, ya, siapa yang bisa dibandingkan denganmu, si genius? Ketika kamu lompat kelas ke SMA, kamu baru berusia 13 tahun. Aku pikir kamu adalah adik kelas SMP yang salah masuk, ternyata kamu adalah seorang genius.”

Olga menuangkan segelas besar lagi untuk Selena dan mengangkatnya tinggi-tinggi sambil berkata, “Genius atau bodoh sama saja. Mari kita bersulang untuk diri kita yang lajang. Selamat menjadi lajang. Tanpa pria bajingan itu, kelak aku bisa membeli apa pun yang kumau ... ”

Olga menangis lagi saat mengatakan hal itu. “Selena, tahukah kamu? Dulu aku sering membeli steik daging sapi campuran diskon seharga 40 ribu di supermarket. Aku hidup hemat untuk membiayai studinya. Aku berusaha keras untuk masa depan kami. Aku baru berusia 24 tahun dan aku belum pernah membeli gaun yang bagus. Kenapa dia bisa memperlakukanku seperti itu?” ujar Olga.

Setiap keluarga memiliki masalahnya masing-masing. Selena bahkan belum selesai membereskan masalah rumah tangganya sendiri. Dia pun hanya bisa dengan lembut membujuk Olga untuk terus melihat ke arah masa depan.

Awalnya Olga ingin mengantar Selena pulang. Namun, Olga merasa mumpung dirinya mabuk, dia pun bersikeras mengajak Selena pergi ke Klub Pegasus.

Selena menghela napas. Dia tahu Olga hanya ingin mencari tempat untuk melampiaskan diri.

Bagaimanapun, Selena memiliki waktu satu tahun untuk menenangkan diri dan memulihkan keadaan. Sedangkan Olga menyelesaikan semua masalahnya ini dengan begitu cepat, dan dengan segera dia sudah pulang dari luar negeri. Namun, dengan begitu, bukan berarti Olga telah bisa melupakan masalahnya dengan pria itu.

Walaupun dirinya tidak akan mati setelah menjalani kemoterapi, tetapi Selena mungkin tidak akan bisa menemani Olga bermain- main dan bersenang-senang lagi di kemudian hari. Saat memikirkan hal ini, Selena pun tidak menolak ajakan Olga.

Ini adalah pertama kalinya Selena datang ke tempat seperti ini. Olga tampak sangat bersemangat, dia menepuk tangan Selena dan berkata, “Lihatlah pemuda penerima tamu ini, bukankah dia ganteng?”

Selena tidak memperhatikannya. Dia hanya memperhatikan lukisan kuda hitam yang terlihat tangguh di aula tempat itu. Namun, karena melihat sahabatnya itu sudah menyukai pemuda itu, Selena pun hanya bisa mengiakan, “Ya.”

“Nanti jangan sungkan padaku. Aku memang menafkahinya, tetapi orang lain juga menafkahinya. Lebih baik menafkahi orang tampan yang bermulut manis. Menurutmu, bukankah itu lebih masuk akal?”

“Ya”

Olga yang biasanya bahkan tidak rela untuk naik taksi, sekarang seperti wanita yang mendadak menjadi kaya dalam semalam. Dia mengajak Selena ke ruang VIP besar dan memesan sepuluh botol Armand de Brignac.

Selena tidak bisa menghentikannya. Manajer tempat itu dengan sopan membawa sepuluh orang model pria kelas atas untuk masuk. Tipenya bermacam-macam, dari yang imut hingga yang berpenampilan keren, semuanya ada.

Olga berkata dengan suara lantang, “Pilih sendiri yang kamu suka.”

Sepuluh pria itu mengedipkan mata untuk menggoda, lalu memamerkan otot perut mereka. Selena tidak tahu harus memandang ke arah mana, sehingga dia pun menolak dengan berkata, “Tidak perlu. Aku temani kamu minum saja.”

Olga pun memesan dua orang secara acak, lalu mengeluarkan setumpuk uang dari tasnya dan melemparkannya ke atas meja. Dengan penuh percaya diri, dia berkata, “Kalian kemari, buat dia senang malam ini.”

Kedua pria itu memiliki gaya yang manis dan anggun, sangat berbeda dengan gaya Harvey.

Keduanya masing-masing duduk di samping Selena. Yang satu ingin menyuapinya dengan buah anggur dan yang satunya lagi ingin menuangkannya minuman. Hal ini membuat Selena duduk dengan gelisah dan ingin segera pergi dari sana.

Olga mengulurkan tangan dan menepuk paha Selena sambil berkata, “Kenapa? Kamu masih ingin menjaga kesucian dirimu demi dirinya? Apakah dia memikirkanmu saat main wanita? Kamu sudah bercerai, apa yang kamu takutkan? Malam ini kamu bebas bermain dengan sepuasnya! Aku punya uang.”

Semua orang tahu bahwa komisi agen properti memang tinggi, apalagi yang Olga jual adalah vila. Biasanya, dia bisa mendapatkan komisi 200 juta hingga 400 juta untuk penjualan satu buah vila dengan mengandalkan usianya yang masih muda, cantik, dan pandai berbicara. Gaji tahunan Olga juga cukup besar. Jika bukan karena harus membeli rumah untuk pacarnya, Olga juga bisa dianggap sebagai seorang wanita yang cukup kaya. Sesekali, dia bisa dengan mudah menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah.

Olga memutuskan untuk benar-benar menghabiskan malam ini dengan bersenang-senang. Di Perumahan Kenali.

Setelah dokter bekerja keras selama sepanjang hari, akhirnya demam anak itu turun. Harvey pun akhirnya bisa menghela napas lega.

Harvey menyelimuti anak itu dengan selimut, lalu diam-diam keluar dari kamar.

Agatha menyambutnya dengan senyuman lembut di wajahnya sambil berkata, “Harvey, hari sudah malam, apa kamu mau menginap di Perumahan Kenali malam ini? Aku khawatir anak kita akan bangun lagi malam ini. Kamu juga tahu, dia akan menangis kalau kamu tidak ada di dekatnya.”

Harvey mengusap pelipisnya sambil menjawab dengan rasa lelah, “Aku masih ada janji dengan orang. Dokter Albert tidak akan pergi, cari saja dia jika ada masalah.”

Agatha ingin mengatakan sesuatu, tetapi dia sadar bahwa dirinya tidak bisa menahan Harvey. Dia mengira pada saat dirinya menelepon Harvey pukul 10.30 tadi pagi, Harvey sudah bercerai. Namun, ternyata proses perceraian itu kembali tertunda.

Agatha tidak bisa bertindak gegabah, sehingga dia pun dengan sopan menjawab, “Baiklah, hati-hati di perjalanan pulang.”

Harvey mengangguk, lalu pergi. Ketika dia baru saja naik ke mobil, Alex menyerahkan kunci padanya dan berkata, “Tuan Harvey, Nyonya mengantarkan kunci vila.”

Harvey menyipitkan matanya dan menyindir, “Begitu uang sudah diterima, dia langsung pindah.”

Alex sebenarnya tidak ingin banyak bicara. Namun, setelah melihat postingan Olga di Instagram baru-baru ini, Alex akhirnya menyampaikan, “Tuan Harvey, sepertinya ... Nyonya benar-benar sudah melupakan dirimu.”


Tip: You can use left, right, A and D keyboard keys to browse between chapters.